IMG-20160719-WA0012

Bandung, 18 Juli 2016. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan mengunjungi dan membuka acara “International System Functional Congress 2016” Learning Language, Learning through Language, Learning About Language : Glocalising System Fungtional Linguistik di Universitas Pendidikan Indonesia.

Dalam pidato dan audiensi BEM REMA UPI dengan beliau, disampaikan berulangkali pentingnya bahasa daerah sebagai warisan dan akara budaya bangsa, pentingnya bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa serta pentingnya bahasa Internasional sebagai bekal menghadapi persaingan global.

“Indonesia, adalah sebuah negara Bhineka Tunggal Ika. Hal itu ditunjukan dengan keberagaman dalam sebuah bangsa. Berbahasa merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Persaingan global bangsa dalam jalur berkomunikasi perlu menjadikan bahasa Indonesia terus berkembang denga cara memperkaya dan memasukan kosakata bahasa daerah ke dalam bahasa nusantara. Dibuktikan bahwa jumlah kosakata bahasa Indonesia saat ini baru 95.000 kata. Padahal tahun 1953, ketika kamus Bahasa Indonesia pertama dibuat, jumlahnya mencapai 23.000 kata. Pesannya, janganlah kita menyerap dari bahasa luar nusantara. Tetapi, berbanggalah dengan bahasa nusantara kita ini. Menggunakan bahasa Indonesia bukan karena tidak bisa menggunakan bahasa lain, tetapi menggunakan bahasa Indonesia karena pilihan berkomunikasi.” Pungkas Anies.

Lanjutnya, Anies banyak menyinggung tentang sekolah dan pendidikan. Disebutkan bahwa komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan informasi , seperti halnya guru yang banyak menyampaikan informasi hingga akhirnya mengantarkan peserta didik menuju gerbang kesuksesan.

Gerakan antar anak sekolah di hari pertama pun merupakan bentuk gerakan komunikasi orang tua dan guru, sehingga dengan gerakan ini komunikasi guru dan orang tua akan berjalan dengan baik.

Disinggung mengenai polemik guru honorer yang sekarang sedang meradang, Anies hanya berpesan untuk guru honorer Indonesia “Semangat berjuang hingga akhir!”

Selebihnya, kami menyarankan kepada pak Menteri bukan hanya tentang semangat saja yang diberikan untuk guru honorer Indonesia, namun kebijakan yang sesuai, pasti dan konsisten terhadap kesejahteraan guru honorer Indonesia. “490.000 guru honorer berharap menjadi PNS Pak.” Jeritan rakyat.

(Penulis : Eka Nurcahya)

BEM REMA tunggu bapak kembali di MOKAKU UPI 2016.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.