REMA NEWS-Sebanyak 1,8 juta siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) yang dimulai sejak hari senin kemarin. Seminggu sebelumnya, baru saja dilaksanakan UNBK di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Indonesia. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) disebut juga Computer Based Test (CBT) adalah sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya.

Dalam pelaksanaannya, UNBK berbeda dengan sistem ujian nasional berbasis kertas atau Paper Based Test (PBT) yang selama ini sudah berjalan. Evaluasi dua minggu keberjalanan UNBK
Sekalipun baru dilaksanakan pada jenjang SMK di minggu lalu dan pada SMA dan MA di minggu ini, pelaksanaan UNBK sudah menimbulkan beberapa masalah yang menjadi pekerjaan besar bagi pelaksana pendidikan di Indonesia.

Terdapat sejumlah kendala teknis seperti masalah pada jaringan, log in yang terlambat, listrik yang down, server terkena virus dan eror, komputer mati tiba-tiba, ada komputer yang tidak terkoneksi dengan server dan sebagainya.

“Selain permasalahan teknis, terdapat masalah lainnya yaitu seperti terjadi SMAN 1 Jatiluhur yang diduga melakukan pungutan untuk pelaksanaan UNBK. Para orangtua yang anaknya mengikuti ujian tersebut, harus membayar Rp300 ribu untuk komputer dan Rp30 ribu perbulan (selama tiga bulan) untuk biaya perawatan perangkat tersebut,” demikian cuplikan release Kementerib Pendidikan BEM Rema UPI.

Duka Pendidikan Indonesia

Belum selesai dengan segala permasalahan pelaksanaan UNBK, kini muncul lagi permasalahan baru yang perlu ditanggapi dengan serius oleh berbagai pihak. Pendidikan Indonesia saat ini sedang dirundung duka atas kabar meninggalnya salah seorang pelajar di Sumatera Utara bernama Amelia Nasution (19 tahun).

Amelia adalah pelajar dari SMK Negeri 3 Kota Padangsimpuan, yang minggu lalu baru saja melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Ia dinyatakan meninggal oleh dokter karena menegak racun setelah diberikan perawatan selama 9 hari terakhir di rumah sakit.

Pada mulanya, Amelia bersama kedua temannya Iddia dan Rini, memprotes kepada pihak sekolah dan seorang oknum guru berinisial E yang dituding membocorkan soal UNBK di media sosial kepada siswa lain berinisial Y, yang merupakan anaknya sendiri. Karena merasa tersudut, oknum Guru tersebut melakukan intimidasi kepada Amelia serta dua temannya dengan mengancam akan memenjarakan dan dikenakan denda sebesar Rp 750 jt.

Merasa tertekan dan dan ketakutan atas intimidasi dari oknum guru tersebut, Amelia memutuskan bunuh diri dengan menegak racun setelah sampai di rumah. Setelah 9 hari terakhir menjalani proses perawatan di rumah sakit, beberapa jam yan lalu dikabarkan bahwa Amelia sudah meninggal dunia.

Usut tuntas kasus kematian Amelia!

Menangapi kasus yang dialami oleh Amelia Nasution, Kementerian Pendidikan BEM REMA dengan ini menyatakan:

1. Meminta aparat penegak hukum untuk menindak tegas dan mengusut secara tuntas kasus meninggalnya Amelia Nasution.

2. Mengecam siapapun yang melakukan tindakan intimidasi dan ancaman di lingkungan sekolah.

3. Ketiga meminta pemerintah segera mengevaluasi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) setelah ditemukannya beberapa kendala dari pelaksanaan UNBK di SMK dan SMA/MA, karena realitanya celah-celah kecurangan pun masih saja ditemukan. []

 

Release lengkap:

Pernyataan Sikap Kemendik atas kasus Amelia Nasution

 


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.